Dinasti Yuan di era Kaisar Toghon Temur, sekitar tahun 1354, memgalami krisis berat setelah meluapnya Sungai Kuning, yang terjadi pada tahun 1343. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh banyak kalangan, termasuk kalangan suku non-Han yang ada di pemerintahan, untuk mencari peluang melawan Dinasti Yuan. Setidaknya jika hal ini belum bisa dilaksanakan, orang akan cenderung menekan Kaisar Toghon Temur melalui reaksi rakyat jelata setelah krisis itu.
Pergerakan paling dominan di wilayah selatan adalah yang berasal dari para penganut Manikeisme Persia, dan telah melebur ke berbagai aliran kepercayaan lokal di jaman itu. Di tahun itu juga, secara diam-diam, kelompok Syiah dari warga keturunan Persia yang bermukim di propinsi Fujian juga sedang membangun pemberontakan melawan kekuasaan keluarga Pu Shougeng, yang notabene adalah Sunni. Gerakan ini akhirnya menjadi besar dan dikenal sebagai Ispah Rebellion.
Di wilayah Henan, Jendral Chaghan Temur mulai menapaki karir militernya, setelah sukses memadamkan kerusuhan di tempat tinggalnya sendiri, Shengqiu. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Urusan Perang, dengan misi utama memadamkan pemberontakan.
Chaghan memiliki seorang putri yang saat itu baru berusia sekitar 12 tahun. Di luar dugaannya, Minmin Temur kecil yang cerdas ini kemudian bertemu dan jatuh cinta kepada pemimpin kaum pemberontak, yang adalah penganut Manikeisme, dikenal sebagai Perguruan Ming Jiao dari wilayah barat pegunungan Kunlun.
Sebelum mengenal Minmin, Zhang Wuji telah terlebuh dahulu mengenal seorang wanita lain dari suku Han, yang kemudian bergabung dengan Perguruan Emei. Gadis ini bernama Zhou Zhiruo.
Minmin akhirnya dengan sukses mengacaukan upacara perkawinan Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo di hadapan banyak orang, lalu memancing Zhang Wuji untuk lari bersamanya.
Cerita ini adalah kelanjutan dari Kisah Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga, yang ringkasannya ditulis di atas.
Dinasti Yuan di era Kaisar Toghon Temur, sekitar tahun 1354, memgalami krisis berat setelah meluapnya Sungai Kuning, yang terjadi pada tahun 1343. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh banyak kalangan, termasuk kalangan suku non-Han yang ada di pemerintahan, untuk mencari peluang melawan Dinasti Yuan. Setidaknya jika hal ini belum bisa dilaksanakan, orang akan cenderung menekan Kaisar Toghon Temur melalui reaksi rakyat jelata setelah krisis itu.
Pergerakan paling dominan di wilayah selatan adalah yang berasal dari para penganut Manikeisme Persia, dan telah melebur ke berbagai aliran kepercayaan lokal di jaman itu. Di tahun itu juga, secara diam-diam, kelompok Syiah dari warga keturunan Persia yang bermukim di propinsi Fujian juga sedang membangun pemberontakan melawan kekuasaan keluarga Pu Shougeng, yang notabene adalah Sunni. Gerakan ini akhirnya menjadi besar dan dikenal sebagai Ispah Rebellion.
Di wilayah Henan, Jendral Chaghan Temur mulai menapaki karir militernya, setelah sukses memadamkan kerusuhan di tempat tinggalnya sendiri, Shengqiu. Ia kemudian diangkat menjadi Menteri Urusan Perang, dengan misi utama memadamkan pemberontakan.
Chaghan memiliki seorang putri yang saat itu baru berusia sekitar 12 tahun. Di luar dugaannya, Minmin Temur kecil yang cerdas ini kemudian bertemu dan jatuh cinta kepada pemimpin kaum pemberontak, yang adalah penganut Manikeisme, dikenal sebagai Perguruan Ming Jiao dari wilayah barat pegunungan Kunlun.
Sebelum mengenal Minmin, Zhang Wuji telah terlebuh dahulu mengenal seorang wanita lain dari suku Han, yang kemudian bergabung dengan Perguruan Emei. Gadis ini bernama Zhou Zhiruo.
Minmin akhirnya dengan sukses mengacaukan upacara perkawinan Zhang Wuji dan Zhou Zhiruo di hadapan banyak orang, lalu memancing Zhang Wuji untuk lari bersamanya.
Cerita ini adalah kelanjutan dari Kisah Pedang Langit dan Golok Pembunuh Naga, yang ringkasannya ditulis di atas.