Sinopsis Tales of Herding Gods Episode 52
Pedang Bulu dan Dupa yang Membingungkan — Nyanyian Istana Emas
Langit di atas Istana Emas menggulung seperti sutra hitam; bintang-bintang menunduk, takut disentuh oleh angin dendam. Di halaman batu yang dipoles ratusan tahun, kata-kata seorang yang haus kuasa membelah udara seperti pedang: sebuah janji untuk meremukkan kehendak para pengikut yang berani menamakan dirinya suci.
"Aku dapat menghancurkan keinginan semua pengikut Istana Emas."
Bisikan itu bukan sekadar ancaman — ia adalah kutukan yang merembes ke ulu hati, menimbulkan gelombang kegelapan yang menelan cahaya harapan. Di bawah sorot rembulan, harga diri para penegak istana digilas perlahan, seperti dedaunan kering di bawah roda waktu.
"Aku akan menghancurkan harga dirimu sepenuhnya. Aku akan menginjak-injak harga dirimu di bawah kakiku."
Suara proklamasi itu memantik amarah. “Berani sekali!” teriak seorang penatua, namun suaranya tenggelam oleh ombak magis: Voodoo Laut — ilmu terlarang yang menggulung seperti kabut asin, menjerat jiwa dan merobek akar keyakinan. Mereka maju; perintah bunuh berkumandang — dua, tiga, puluhan bayangan menyerang tanpa ampun.
Dalam hentakan-hentakan cepat, empat puluh dukun jatuh seperti musim gugur yang dipaksa, jiwa-jiwa mereka tertangkap, disematkan ke dalam bilah halus: pedang bulu yang mendesis, berbisik dengan suara orang-orang yang pernah hidup namun kini terikat menjadi roh. Dunia terasa lebih dingin setelahnya.
"Siapa lagi yang berkultivasi dengan cara memanen jiwa? Keluar! Hadapi kematianmu!"
Di antara puing dan darah, muncul satu nama — Khan Wu — pembawa kebencian yang lembut pada luarnya, ganas di dasar. Seorang penasihat meraba kata kemunafikan dan menunjukkan kelemahan: “Kelemahannya ada di bahu kirinya. Di situlah tekniknya belum disempurnakan.”
Raja Penyihir tersenyum sejuk; pujian itu seperti minyak pada api. “Terima kasih atas bimbinganmu,” gumam seorang penemu celah, bermata seperti batu obsidian. Di b
Không được đăng tải lại nội dung khi chưa có sự cho phép của nhà sáng tạo
Sinopsis Tales of Herding Gods Episode 52
Pedang Bulu dan Dupa yang Membingungkan — Nyanyian Istana Emas
Langit di atas Istana Emas menggulung seperti sutra hitam; bintang-bintang menunduk, takut disentuh oleh angin dendam. Di halaman batu yang dipoles ratusan tahun, kata-kata seorang yang haus kuasa membelah udara seperti pedang: sebuah janji untuk meremukkan kehendak para pengikut yang berani menamakan dirinya suci.
"Aku dapat menghancurkan keinginan semua pengikut Istana Emas."
Bisikan itu bukan sekadar ancaman — ia adalah kutukan yang merembes ke ulu hati, menimbulkan gelombang kegelapan yang menelan cahaya harapan. Di bawah sorot rembulan, harga diri para penegak istana digilas perlahan, seperti dedaunan kering di bawah roda waktu.
"Aku akan menghancurkan harga dirimu sepenuhnya. Aku akan menginjak-injak harga dirimu di bawah kakiku."
Suara proklamasi itu memantik amarah. “Berani sekali!” teriak seorang penatua, namun suaranya tenggelam oleh ombak magis: Voodoo Laut — ilmu terlarang yang menggulung seperti kabut asin, menjerat jiwa dan merobek akar keyakinan. Mereka maju; perintah bunuh berkumandang — dua, tiga, puluhan bayangan menyerang tanpa ampun.
Dalam hentakan-hentakan cepat, empat puluh dukun jatuh seperti musim gugur yang dipaksa, jiwa-jiwa mereka tertangkap, disematkan ke dalam bilah halus: pedang bulu yang mendesis, berbisik dengan suara orang-orang yang pernah hidup namun kini terikat menjadi roh. Dunia terasa lebih dingin setelahnya.
"Siapa lagi yang berkultivasi dengan cara memanen jiwa? Keluar! Hadapi kematianmu!"
Di antara puing dan darah, muncul satu nama — Khan Wu — pembawa kebencian yang lembut pada luarnya, ganas di dasar. Seorang penasihat meraba kata kemunafikan dan menunjukkan kelemahan: “Kelemahannya ada di bahu kirinya. Di situlah tekniknya belum disempurnakan.”
Raja Penyihir tersenyum sejuk; pujian itu seperti minyak pada api. “Terima kasih atas bimbinganmu,” gumam seorang penemu celah, bermata seperti batu obsidian. Di b