**Pusaran Surga dan Darah Para Dewa**
Langit bergetar di bawah nyala api dan pusaran qi yang melahap dunia. Seorang pemuda berdiri menantang surga, senyumnya tenang di tengah kehancuran.
“Jika engkau terjebak dalam pusaran air, apakah engkau akan tenggelam... atau terbebas?”
Suara itu mengguncang langit. Petir menari, bumi bergetar. Di balik kabut, muncul para tetua — Kakek Buta, Kakek Jagal, dan Niu Er — dengan tawa yang menyembunyikan sejarah berdarah antara manusia dan dewa.
Langit dan bumi berperang, tapi tawa mereka memecah keheningan. Di kejauhan, Istana Emas Loulan bersinar, tempat para tokoh besar bertemu kembali.
“Pedang Surgawi… menguasai!”
Api pertempuran membakar langit. Di tengah gemuruh itu, Mu’er berdiri dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia ingin menyelamatkan dunia, meski tahu setiap penyelamatan menuntut pengorbanan.
“Saya akan kembali ke desa untuk Tahun Baru,” katanya pelan.
Senja menyapu lembah. Suara angin menjawab lembut — dan dunia kultivasi terus berputar, penuh darah, tawa, dan keabadian yang tak pernah berakhir.
Dilarang memposting ulang tanpa izin dari Kreator.
**Pusaran Surga dan Darah Para Dewa**
Langit bergetar di bawah nyala api dan pusaran qi yang melahap dunia. Seorang pemuda berdiri menantang surga, senyumnya tenang di tengah kehancuran.
“Jika engkau terjebak dalam pusaran air, apakah engkau akan tenggelam... atau terbebas?”
Suara itu mengguncang langit. Petir menari, bumi bergetar. Di balik kabut, muncul para tetua — Kakek Buta, Kakek Jagal, dan Niu Er — dengan tawa yang menyembunyikan sejarah berdarah antara manusia dan dewa.
Langit dan bumi berperang, tapi tawa mereka memecah keheningan. Di kejauhan, Istana Emas Loulan bersinar, tempat para tokoh besar bertemu kembali.
“Pedang Surgawi… menguasai!”
Api pertempuran membakar langit. Di tengah gemuruh itu, Mu’er berdiri dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia ingin menyelamatkan dunia, meski tahu setiap penyelamatan menuntut pengorbanan.
“Saya akan kembali ke desa untuk Tahun Baru,” katanya pelan.
Senja menyapu lembah. Suara angin menjawab lembut — dan dunia kultivasi terus berputar, penuh darah, tawa, dan keabadian yang tak pernah berakhir.