HOLLYWOOD MEMBUNUH JIM CARREY

Jim Carrey. Nama yang sudah melekat erat dengan komedi, tawa, dan karakter-karakter ikonik yang tak terlupakan. Dari ekspresi wajahnya yang ekstrem, gaya bicara yang nyeleneh, sampai peran-peran nyentrik yang sulit ditiru orang lain—semua itu menjadikannya salah satu aktor paling unik yang pernah dimiliki Hollywood. Tapi, seiring waktu berjalan, ada sesuatu yang berbeda dari sosok Jim Carrey. Bukan lagi sekadar aktor yang tampil di layar lebar dengan gaya berlebihan, tapi seorang pria yang mulai berbicara tentang hal-hal yang jauh lebih dalam dari sekadar dunia hiburan. Dulu, Jim adalah lambang kesuksesan. Hidupnya penuh dengan kemewahan, popularitas, dan pencapaian yang membuat banyak orang iri. Tapi siapa sangka, di balik semua itu, tersimpan kegelisahan yang tak terlihat di permukaan. Senyum lebarnya di karpet merah, tepuk tangan meriah dari penonton, dan gelar sebagai aktor dengan bayaran tertinggi. ternyata tak mampu mengisi kekosongan yang ia rasakan di dalam dirinya. Banyak yang mengira hidupnya sempurna—padahal kenyataannya jauh dari itu. Apa yang membuat seseorang yang sudah mendapatkan segalanya justru merasa hampa? Kenapa orang yang pekerjaannya membuat jutaan orang tertawa, malah bergumul dengan rasa kehilangan identitas? Jim Carrey perlahan menunjukkan bahwa ada lebih banyak hal yang patut dipertanyakan tentang dunia hiburan, ketenaran, dan apa arti menjadi “seseorang” di tengah sorotan yang begitu besar. Ia mulai bicara jujur—tentang hidup, tentang dirinya, dan tentang pengalaman-pengalaman yang membuat pandangannya terhadap dunia berubah drastis. Ucapan-ucapannya mulai terdengar berbeda. Tidak lagi sekadar lucu, tapi kadang membingungkan, kadang menyentuh, bahkan membuat orang bertanya-tanya: apa yang sebenarnya sedang ia cari? Tak sedikit yang menganggapnya aneh, berubah, bahkan hilang arah. Tapi justru dari situlah muncul sisi lain Jim Carrey yang mungkin tak pernah disadari banyak orang. Perjalanan yang ia tempuh bukanlah perjalanan yang biasa.