Sejak insiden itu, Remi tak lagi dipandang sama. Para anggota Kara mulai menjaga jarak. Bahkan Code yang biasanya duduk di dekatnya, kini memilih diam.
Amado memperhatikannya dari balik layar. “Apa dia benar-benar menyembunyikan sesuatu?” bisiknya pada dirinya sendiri.
Remi tetap beraktivitas seperti biasa. Ia membantu memperbaiki sistem, memantau laporan misi, dan sesekali menghilang dari markas. Tapi setiap kepergiannya kini dicatat, diawasi.
Delta tak tinggal diam. Ia mulai menyebarkan kecurigaan. “Dia bukan manusia biasa,” ucapnya kepada Eida suatu malam. “Matanya… seperti menyimpan sesuatu yang lebih gelap dari kematian.”
Eida hanya tersenyum samar, tidak membalas.
Sementara itu, Remi duduk di ruang latihan bawah tanah. Sendiri. Ia menatap tangannya yang perlahan bergetar.
Ada sesuatu yang mengganggunya. Suara samar… bergema dalam kepalanya.
"Bicara… bicara…"
Ia menutup matanya. Ia tak pernah mendengar suara sebelumnya. Tapi kini, suara itu datang. Dalam mimpi. Dalam diamnya. Dalam setiap detik ia sendirian.
Amado mengetik cepat. Ia memeriksa ulang data biologis Remi. Hasilnya aneh gelombang otaknya meningkat saat dituduh Delta.
“Dia… bereaksi,” gumam Amado.
Hari demi hari, Remi makin terisolasi. Tapi sesuatu dalam dirinya mulai bangkit. Sebuah kekuatan yang selama ini ia tekan yang mungkin… menjadi alasan kenapa ia tak pernah bicara.
Dan ketika ia kembali memejamkan mata malam itu, suara itu kembali datang.
"Waktunya bicara… sudah dekat."