Cilacap, 1992. Di sebuah desa yang jauh dari perkotaan, Tini (16) dikejutkan dengan kedatangan sebuah surat berisi pesan bahwa ibunya, Surti (35) mendapat vonis qishas dari pemerintah Arab Saudi karena didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap majikannya, dan permohonan agar Tini mau bertelpon dengannya melalui telpon rumah milik saudaranya di Semarang. Tini yang tinggal dengan neneknya, Mbah Putri (65), dalam keadaan ekonomi yang kurang mampu akhirnya meminta bantuan dari Pak Samudji (45), seorang kepala desa sekaligus bapak dari temannya, Heri (17). Mereka berdua kemudian melakukan sebuah perjalanan panjang ke Semarang untuk mencari alamat yang ditulis di surat tersebut. Selama perjalanan, Pak Samudji menceritakan kisah asmara di masa lalunya dengan ibu dari Tini yang terbilang pahit hingga menyebabkan permusuhan antar keluarga mereka. Sesampainya di rumah saudaranya, bukannya panggilan telepon dari ibunya yang Tini dapat, melainkan kabar dari televisi bahwa ibunya telah dieksekusi mati tanpa pemberian kabar kepada pemerintah RI dan penjelasan motif sebenarnya di balik dakwaan pembunuhan yang dilayangkan kepada ibunya. Surti didakwa melakukan pembunuhan karena membela diri dari percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh majikannya.
Cilacap, 1992. Di sebuah desa yang jauh dari perkotaan, Tini (16) dikejutkan dengan kedatangan sebuah surat berisi pesan bahwa ibunya, Surti (35) mendapat vonis qishas dari pemerintah Arab Saudi karena didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap majikannya, dan permohonan agar Tini mau bertelpon dengannya melalui telpon rumah milik saudaranya di Semarang. Tini yang tinggal dengan neneknya, Mbah Putri (65), dalam keadaan ekonomi yang kurang mampu akhirnya meminta bantuan dari Pak Samudji (45), seorang kepala desa sekaligus bapak dari temannya, Heri (17). Mereka berdua kemudian melakukan sebuah perjalanan panjang ke Semarang untuk mencari alamat yang ditulis di surat tersebut. Selama perjalanan, Pak Samudji menceritakan kisah asmara di masa lalunya dengan ibu dari Tini yang terbilang pahit hingga menyebabkan permusuhan antar keluarga mereka. Sesampainya di rumah saudaranya, bukannya panggilan telepon dari ibunya yang Tini dapat, melainkan kabar dari televisi bahwa ibunya telah dieksekusi mati tanpa pemberian kabar kepada pemerintah RI dan penjelasan motif sebenarnya di balik dakwaan pembunuhan yang dilayangkan kepada ibunya. Surti didakwa melakukan pembunuhan karena membela diri dari percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh majikannya.