Kakek Penjual Cilok Jadi Kaya Mendadak Setelah Dapat Pelanggan dari Kuburan Desa!
تغذية راجعة
الإبلاغ
0 عرض Premium1 قبل يوم
Kakek Sarman, penjual cilok miskin di kampung pinggiran kota, hidup dari dagangan kecil dengan gerobak reyot yang nyaris ambruk. Suatu malam, saat melewati tikungan dekat kuburan tua, ia mendapat pelanggan misterius: seorang wanita berkebaya putih yang membeli cilok dengan uang logam beraroma melati. Sejak malam itu, dagangannya selalu laris dan hidupnya berubah menjadi kaya raya secara tiba-tiba.
Namun bersamaan dengan rezeki itu, muncul hal-hal aneh: suara dari dalam gerobak, aroma amis darah bercampur melati, dan pembeli-pembeli malam yang wajahnya tak jelas. Ketika melanggar larangan sang wanita untuk tidak berjualan di malam Selasa, kutukan mulai nyata—dagangannya tak lagi dari bahan biasa, dan rumahnya dipenuhi bayangan orang-orang yang telah hilang.
Sampai akhirnya, Kakek Sarman diseret ke dalam gerobaknya sendiri oleh kekuatan yang tak bisa ia lawan. Sejak itu, warga desa sering mendengar suara roda gerobak berdecit di malam Selasa, bersama aroma cilok dan melati yang menandakan bahwa penjualnya belum benar-benar pergi.
Kini, siapapun yang membeli gerobak tua itu, akan melanjutkan dagangan dari dunia yang tak seharusnya.
Kakek Sarman, penjual cilok miskin di kampung pinggiran kota, hidup dari dagangan kecil dengan gerobak reyot yang nyaris ambruk. Suatu malam, saat melewati tikungan dekat kuburan tua, ia mendapat pelanggan misterius: seorang wanita berkebaya putih yang membeli cilok dengan uang logam beraroma melati. Sejak malam itu, dagangannya selalu laris dan hidupnya berubah menjadi kaya raya secara tiba-tiba.
Namun bersamaan dengan rezeki itu, muncul hal-hal aneh: suara dari dalam gerobak, aroma amis darah bercampur melati, dan pembeli-pembeli malam yang wajahnya tak jelas. Ketika melanggar larangan sang wanita untuk tidak berjualan di malam Selasa, kutukan mulai nyata—dagangannya tak lagi dari bahan biasa, dan rumahnya dipenuhi bayangan orang-orang yang telah hilang.
Sampai akhirnya, Kakek Sarman diseret ke dalam gerobaknya sendiri oleh kekuatan yang tak bisa ia lawan. Sejak itu, warga desa sering mendengar suara roda gerobak berdecit di malam Selasa, bersama aroma cilok dan melati yang menandakan bahwa penjualnya belum benar-benar pergi.
Kini, siapapun yang membeli gerobak tua itu, akan melanjutkan dagangan dari dunia yang tak seharusnya.